Skip to main content

Memilih Calon Pasangan Hidup Menurut Islam

Memilih calon pasangan hidup menurut Islam tidak boleh asal-asalan. Jika kita salah dalam memilihnya, ini bisa menjadi musibah dunia akhirat. Kenapa? Ya, karena pasangan adalah orang yang akan menjalani kehidupan bersama kita nantinya, dan dialah yang akan menentukan keadaan dalam sebuah hubungan.

Jika kita seorang wanita, maka pilihlah calon suami yang mampu menjadi imam yang baik. Jika kita seorang lelaki, maka pilihlah calon istri yang baik dan patuh.

Hal ini tidak bisa lepas dari tuntunan agama Islam, dan Rasulullah SAW sudah memberikan cara yang tepat kepada kita melalui sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim.

Rasulullah SAW bersabda,

Hadits diatas memberikan pemahaman kepada kita tentang cara menentukan calon istri yang tepat, agar bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih pasangan hidup.

Islam hanya memberikan satu garis pokok, yaitu wajib seiman. Sehingga ketika seorang muslim menikah dengan orang yang non Islam, maka tidak sah secara mutlak.

Agama Islam sudah memberikan bimbingan yang terbaik, dan menganjurkan kepada orang yang beriman agar memilih calon pendamping hidup yang baik prilakunya, karena hal ini lebih aman.

Namun sebaliknya, janganlah memilih calon pasangan yang buruk, karena ini mengkhawatirkan. Bahkan didalam Al-Qur'an sendiri menyindir masalah ini pada ayat 26 Surat An-Nur, yang bertutur tentang pasangan yang buruk untuk yang buruk (al-khabitsun untuk al-khabitsat), dan pasangan yang baik untuk yang baik (al-thayyibun untuk al-thayyibat).

Ayat tersebut bukanlah sebuah penghakiman, tapi itu wejangan. Sehingga bagi yang tangguh, boleh saja menikahi pelacur, penari erotis, atau artis amoral yang dicintai. Hukumnya tetap sah, walaupun memiliki resiko yang lebih tinggi.

Jika kamu menentukan pilhan seperti yang demikian, sabarlah dalam membimbing, selalu aktif mendidik dan memberikan pencerahan, sehingga ia mampu menjadi wanita yang mulia dalam pandangan Allah SWT.

Jika kamu mampu membimbingnya, kamu akan mendapat pahala ganda. Pahala menjadi suami, dan pahala men-shalihah-kan istrimu.

Hal ini disebabkan karena hukum alam berpasangan itu sejalan, serasi, dan kompak. Jika tidak sejalan, maka tidak jalan. Rombongan burung merpati tidak bisa terbang sejalan dengan burung gagak. Sehingga jalan paling sederhana adalah mencari pasangan lain yang diyakini bisa sejalan.

Bila tidak begitu, maka harus mengalah dengan menanggung segala beban. Bila seorang suami membiarkan istrinya melakukan hal buruk dihadapan publik, maka moral suami itu tidak jauh berbeda dengan moral istrinya. Lelaki baik-baik tidak mungkin mengizinkan istrinya menebar maksiat, apalagi menikmati hasil kerja haram itu.

Artinya, wanita yang baik cocoknya berpasangan dengan pria yang baik, dan sebaliknya. Terkait dengan masalah ini, ambillah contoh dari Sayyidah A'isyah yang sungguh ia adalah wanita bersih, sebab sudah terbukti menjadi pasangan lelaki yang bersih pula, yakni Rasulullah SAW.

Kini masalahnya adalah, bagaimana jika pasangan tidak serasi? Penjelasan lengkapnya bisa ditemui pada artikel yang berjudul:

Oh ya, jangan lupa untuk mem-bookmark halaman ini. Supaya lebih mudah menemukannya dilain waktu. Ikuti juga Zuwaj di Google News untuk mendapatkan akses lebih cepat.

Lihat artikel menarik lainnya dalam kategori Relationship dari Zuwaj.

Comment Policy: Silakan baca Kebijakan Komentar sebelum berkomentar.
Buka Komentar