Skip to main content

Berpura Pura Bahagia dan Tegar Padahal Rapuh

Berpura pura bahagia dan tegar padahal rapuh, karena kata kata dibalik senyumku selalu menghiasi senyum mereka. Dan dalam kejujuran yang bijaksana, tampak kuat namun sebenarnya lemah.

Langit diatas tiba tiba saja mendung. Dunia seolah berhenti sementara. Saat lelaki yang bernama Tegar itu ternyata tak setegar namanya. Kepribadiannya nampak sempurna, bacaan tilawahnya indah, menjaga pandangan serta aktif dalam aktivitas dakwah.

Itulah cerita masa lalunya. Kini Tegar tak pernah muncul lagi dalam kafilah dakwah, sekalinya terlihat ia langsung pergi menghindar. Apa yang sebenarnya terjadi?

Dibalik kesempurnaan yang terlihat dari dzahirnya, ada penyakit bathiniyah yang pandai disembunyikannya. Penyakit inilah yang tak pernah nampak darinya.

Dibalik keshalihannya, ada kemunafikan yang terpendam. Tegar menjadi orang yang saleh saat berjamaah, namun menjadi manusia lalai saat seorang diri.

Dibalik sikapnya yang selalu menundukkan pandangan, ternyata ada seorang wanita yang bernama kekasih dihatinya. Tegar tengah memadu kasih dengan seorang wanita yang jelas itu adalah sebuah bentuk kelemahan iman dalam hatinya, karena tak mampu menahan gejolak hasrat dalam hati, sedangkan Tegar tahu, bahwa pacaran dalam Islam adalah terlarang bagi muslim yang taat.

Berpura Pura Bahagia dan Tegar Padahal Rapuh

Sejak gerak tersembunyinya terbongkar, Tegar kian menjauh dan menghilang. Tegar yang semula nampak kuat ternyata lemah sebenarnya. Nampak seolah ahli ibadah, nyatanya hanyalah ahli maksiat yang pandai mengumpat.

Kasus yang lain tak kalah memprihatinkan. Seorang ustadz begitu indah menyampaikan ceramah di khalayak umum, tiap kata yang mengalir dari mulutnya seolah membius perhatian seluruh jamaáh. Ustadz itu begitu pandai memberi tausiyah, begitu lancar dan fasih menyampaikan dakwahnya.

Tapi sayang, setelah meninggalkan mimbar, ustadz itu telah lupa dengan apa yang ia sampaikan sendiri kepada jamaáhnya. Ia pandai menyampaikan, namun tak pandai mengamalkan.

Orang yang dipanggil ustadz itu menyampaikan kewajiban menutup aurat bagi muslim yang sudah baligh dengan begitu indah dan mengena, esoknya ia bersantai di halaman rumahnya hanya dengan menggunakan celana pendek yang tak menutupi batas auratnya, yakni lutut. Ustadz itu tak sehebat di panggung umum, ia teramat rapuh dengan dirinya sendiri.

Ustadz-ustadz yang lain tak kalah hebatnya memberi tausiyah, termasuk para pejuang dakwah ini. Lantang memberikan nasehat kehidupan kepada saudaranya yang tengah melemah semangatnya, atau tengah rusak ruhiyahnya, ia sendiri sebenarnya rapuh, hanya saja tersembunyi rapi kerapuhannya.

Kenyataannya, ia sendiri lebih banyak menonton televisi ketimbang tilawah, atau saling mengulang hafalan dirumah.

Ia nampak kuat dimata saudaranya, namun sebenarnya ia sadar akan kerapuhan dirinya. Ia sadar, bahwa ruhiyah tengah ringkih, bahwa hubungannya sedang tak baik dengan Rabb-nya.

Akhirnya ia pun menjadi aktivis yang bermalas-malasan dalam dakwah dan berpura pura bahagia untuk menutupinya dari umat.

Tampak Kuat Sebenarnya Lemah

Sederetan kasus lain pun tak kalah heboh dari dua kasus diatas, ada manusia yang nampak hebat namun sebenarnya ia lemah dari segala sisi. Ada pula manusia nampak tahu segalanya, namun sebenarnya ia hanyalah manusia yang sok tahu. Semuanya terlihat kuat namun sebenarnya rapuh.

Ini adalah penyakit yang harus segera diobati. Mendiamkannya akan menjalar merusak seluruh organ tubuh yang akan membuatnya lumpuh. Tak jujur pada diri sendiri hanyalah menyisakan penderitaan batin yang tak akan hilang selamanya, kecuali jika bangkit menyadari kekeliruan diri.

Kejujuran yang bijaksana adalah saat sadar dirinya tak sekuat apa yang dilihat orang, ia bangkit untuk memperbaikinya. Kembali menjadi insan pemburu cinta sejati dari-Nya yang tak pernah punah. Memaksa diri untuk segera kembali ke jalan-Nya, dan melawan kemalasan yang tengah memeranginya. Itulah kejujuran yang bijaksana.

Siapa saja bisa membohongi siapapun, siapa saja bisa nampak terlihat hebat dan kuat di mata manusia. Namun Allah, Tuhan yang tak pernah tidur sangat tahu siapa manusia yang nampak kuat itu.

Kebusukan apa yang tersembunyi di hatinya. Perilaku apa yang ia perbuat kala ia sendiri. Bahkan ketika berpura pura bahagia dan tegar sekalipun, DIA tahu semuanya tentang hamba-Nya.

Bagi seorang aktivis dakwah, nampak kuat lahir dan batin adalah sebuah keharusan. Tak ada kata yang disampaikan kepada orang lain kecuali telah melaksanakannya. Tak ada perbedaan kualitas ibadah baik dalam keadaan sendiri maupun berjamaáh.

Pendakwah yang benar selalu menempatkan Allah di hatinya. Manakala syaitan mengganggunya untuk bermaksiat, ia tersadar, ada Allah yang selalu mengawasinya. Wallahu a'lam.

Baca juga: Cerpen pojok rindu yang terpendam kenangan indah.

Comment Policy: Silakan baca Kebijakan Komentar sebelum berkomentar.
Buka Komentar