Skip to main content

Zuwaj Artinya Siap Membeli Surga

Zuwaj artinya siap membeli surga — Hari ini aku kembali dalam sebuah perenungan panjang. Muhasabah dan perhentian sejenak. Saat aku mulai mencari sebuah inspirasi dari sebuah perjuangan. Saat aku kembali bertanya-tanya tentang amal dan keikhlasan. Dan saat aku mulai mengerti akan hakikat jihad amal yang tak sekedar jihad kata-kata tentang zuwaj.

Daftar isi

Entah berapa banyak tanya yang kerap dilontarkan orang-orang terdekatku, sahabat-sahabatku, adik-adikku, teman seperjuangan, maupun orang-orang yang sekedar mengenalku selintas dalam kehidupannya. Tentang zuwaj atau pernikahan. Tentang menyempurnakan bulan sabitku menjadi bulan purnama. Dan tentang sebuah ikatan, subhanallah.

Berbagai argumen dan motivator menjadi bumbu dalam setiap percakapan yang ada denganku untuk menyegerakan sebuah kebaikan. Hingga ide-ide konyol, kalau tak mau disebut nekad. MasyaAllah, hingga seperti itukah?

Zuwaj Artinya Siap Membeli Surga

Dulu bagiku, pernikahan hanyalah omong kosong orang dewasa, mereka menikah namun kemudian saling menyakiti. Hingga yang terdoktrin dalam benakku, tak ada laki-laki yang baik dalam kehidupan ini. Semua hanya kepalsuan dan permainan. Mungkin karena lingkungan mengajarkanku seperti itu.

Menikah hanyalah main-main dan keindahan semu layaknya film India. Akan tetapi, saat ini ada sebuah paradigma baru dalam kehidupanku. Saat aku mulai mengenal Islam dan mencoba mengerti tentang sebuah pernikahan, serta visi yang diusungnya.

Meski teramat berat untuk menghancurkan segala energi negatif dari benakku tentang sebuah pernikahan, aku mencoba berbagi tentang sebuah perenungan, tentang membeli surga.

Sungguh aku ingin berbagi cita tentang menjadi istri da’i, dan tentang surga untuk istri sholehah.

  • Tentang kisah Ummul Mukminin Khadijatul Qubro, dan teladannya menjadi istri Rasulullah yang mendukung setiap aktivitas dakwah Rasulullah, dengan hatinya, dirinya, malnya dan segenap cintanya.
  • Juga tentang Ummu Sulaim, dan segenap hikmah yang hadir dari keshalihannya.
  • Dan tentang para mujahidah-mujahidah Afghanistan yang senantiasa mendorong suaminya untuk pergi berjihad.
  • Kebanggaan yang hadir, kebahagian yang mencuat, dan gelora hamasah yang menggelora dari istri-istri mujahid-mujahid Palestina.

Karena pernikahan dengan dakwah yang membawa cita yang tinggi ke angkasa, menjadi manusia-manusia langit. Menjadi syuhada. Sungguh, aku ingin seperti mereka, menjadi jalan kebaikan bagi suamiku 'tuk raih jannah-Nya. Tuk dibanggakan dihadapan-Nya.

Maka yang kulakukan adalah dengan menyemai bibit kebaikan dalam pernikahanku kelak, agar pernikahan ini penuh berkah. Menjadi rumah yang dinaungi para malaikat. Bercahaya dengan Nur Al-Qur’an. Menjadi madrasah bagi jundi-jundi yang kelak hadir. Karena aku pun menyadari bahwa jodoh adalah ujian dari Allah Sang Maha Pemberi.

Zuwaj Adalah Nahnu Du’at Qabla Kulli Syai’in

Ya, akhirnya satu visi yang muncul dalam benakku adalah tentang menjadi seorang istri da’i. Karena Nahnu Du’at Qabla Kulli Syai’in (kita adalah da’i sebelum yang lainnya). Idealisme yang terus kuperjuangkan untuk selalu hadir dalam diri ini. Yang menjadi landasan untuk menuju langkah selanjutnya.

Beberapa tahun kebelakang aku sempat menuliskan sebuah ikrar untuk menikahi dakwah sebelum pernikahan yang lainnya. Sengaja kupasang ikrar itu untuk senantiasa mengingatkanku tentang sebuah ikatan suci, antara aku sebagai hamba dengan sang Khalik dalam dakwah Ilallah. Agar menjadi penguat kala aku lemah, agar jadi motivator untuk memberikan segala pelayanan terbaik untuk Sang Kekasih.

Kini aku kembali bertanya, benarkah janjiku? Benarkah pelayanan dan tadhiyahku disisi-Nya? Dan aku menemukan sebuah jawaban tentang buruknya kinerjaku, tentang amalan yang tak maksimal, dan tentang mahabbah yang harus dipertanyakan. Tentang ketulusan cinta dan pengorbanan yang setengah-setengah.

Maka aku kembali bertanya, jika aku tak bisa memberikan sebuah cinta terbaik bagi-Nya, maka mungkinkah aku memberikan cinta terbaik bagi hamba-Nya?

Blunder, bingung, inkubasi yang tak kunjung usai tentang berbagai pemikiran yang berkecamuk dalam benakku. Aku tak mengerti, hingga pada akhirnya sampai pada titik nol, bahkan minus yang berujung pada perasaan ketidaklayakan.

Bukankah Yang Baik Untuk Yang Baik ?

Bagiku, setiap orang berhak mendapatkan yang terbaik. Pasangan yang terbaik, dengan segala kelebihan yang bisa didapatkan.

Sementara aku hanyalah gudang kekurangan. Masih banyak yang lebih baik, dan bukankah yang baik untuk yang baik. Sungguh aku tidak menyukai saat Eneg (energi negatif) memenuhi ruang pikirku. Karena aku tahu, bila saat itu terjadi, betapa jauh jarakku dengan Rabbku.

Waktu, sahabat-sahabat, dan tentunya Allah dalam surat cinta-Nya, kemudian menyadarkanku, bahwa kelayakan adalah sesuatu yang harus diperjuangkan. Menjadi syuhuda disisi-Nya tak sekedar hanya dengan kematian dalam memperjuangkan dien-Nya, tapi lebih dari itu. Dengan amalan yang benar, dan keikhlasan dalam mardhotillah-Nya.

Ya, jujur karena Allah. Karena seandainya berhias niat lain dalam kesyahidan, yang ada hanyalah amal sia-sia dan gelar yang diberikan manusia. Maka kelayakan adalah perjuangan, untuk melihat wajah-Nya dengan penuh kerinduan.

Dan aku memulainya dari titik nol saat ini. Untuk mengejar dan memperjuangkan sebuah kelayakan meski dalam ketidak sempurnaan. Inilah Eposku (Energi Positifku) untuk terus memperbaiki segala kelemahan diri. Karena sungguh aku tak pantas memasuki surga-Nya, namun aku juga tak sanggup bila harus memasuki nar-Nya.

Tentang Pernikahan

Sahabat, pernikahan adalah hal yang kerap jadi pembicaraan, meski dihiasi semburat pipi yang memerah, atau sekedar canda yang mengundang gelak tawa. Namun, sesungguhnya pernikahan tidak sesimpel itu, meski tak pula sesulit yang dibayangkan. Ada banyak pengetahuan yang harus dipersiakan sebelum menikah.

Karena bagiku, pernikahan adalah sebuah perjalanan cahaya dan perjuangan visi serta cita-cita yang panjang. Pernikahan bagiku adalah, membangun pondasi keimanan dan menapaki langkah-langkah menuju kejayaan Islam.

Sungguh berada dalam kehangatan visi Islam adalah kebahagian dan anugerah yang terindah. Dan hidayah ini 'kan kupeluk erat hingga masa pertemuan dengan-Nya. InsyaAllah.

Namun dalam perjalanannya meraih cita-cita dan istiqomah dalam kebaikan adalah perjuangan yang berat. Ada banyak godaan yang hadir, saat idealisme mulai dipertaruhkan dan menyisakan begitu banyak toleransi.

Memang, tak ada habisnya membicarakan tentang pernikahan. Namun sebagai seorang mukmin, bagiku pernikahan tidaklah bisa diumpamakan sebagai aliran sungai yang kita biarkan mengalir begitu saja, tanpa persiapan dan pemahaman maupun ilmu.

Perencanaan, ilmu, MoU, dan grand design visi misi harus mulai dipersiapkan bahkan sebelum kita menuju pernikahan. Antum terlalu idealis, pada kenyataannya itu sulit. Namun hingga saatnya tiba, aku akan hidup dengan idealisme itu. Benarkah Azzam? Lantas, apa saja perbekalan yang telah kamu persiapkan untuk jihad dan perjuangan itu?

Tentang Tsiqah Billah

Aku membrain washing dan benakku, bahwa pernikahan adalah ladang jihad yang tidak sekedar angan-angan keindahan, meski itu janji-Nya. Maka segala perbekalan yang harus disiapkan adalah perbekalan seorang mujahid. Perbekalan menuju perang Badr.

Ya, satu perbekalan yang harus terus disemai dan diperjuangankan, yaitu keimanan. Bukankah Allah telah membuktikan, berapa banyak orang yang sedikit dapat mengalahkan yang banyak dengan bekal keimanan dan kestiqomahan? Maka, modal awal adalah dengan senantiasa memperbaharui keimanan dan ketaqwaan yang ada dalam diri kita.

Karena cita-cita kita adalah mendapatkan kebaikan, maka yang harus kita persiapkan adalah selaksa kebaikan dalam diri kita.

Sahabat, perjuangan dakwah kita tak sekedar pada ujung cita-cita mendapatkan pasangan yang saleh dan terbaik. Namun lebih dari itu, cita-cita yang jauh lebih besar. Yaitu kebangkitan Islam. Maka, janganlah hari-hari kita hanya terhanyut dalam keinginan, mimpi, dan angan-angan semu. Tanpa mengesampingkan fitrah yang muncul dalam hati kita.

Kerinduan itu bolehlah hadir. Namun, jangan sampai kita dilenakan, karena amanah kita lebih banyak dari waktu yang tersedia. Jagalah senantiasa hati kita dan koreksi niat sebelum pernikahan, untuk selalu menisbatkan satu cinta hanya pada-Nya. Untuk memenuhi ruang fikir, aql, dan ruh kita dengan selaksa tsiqah billah. Dengan menggantungkan satu harapan hanya pada-Nya.

Dan aku pun senantiasa mencoba memperjuangkan hal ini, meski berat terasa. Namun, bukankah Dia begitu dekat 'tuk menguatkan punggung kita menanggung semua beban yang ada? Sungguh, jihad amal lebih sulit dari jihad kata-kata, namun bukankah surga memang mahal, dan kita akan terus memperjuangkannya.

Seperti orang asing, demikian pula kita, berbekal ketsiqohan dan keimanan, meski kerap dalam kebingungan ketika sampai di sebuah persimpangan. Persimpangan kehidupan yang benar-benar membutuhkan perenungan mendalam.

Pernikahan Dakwah dan Cinta

Keputusan yang kita buat, mengenai jalan mana yang harus di tempuh, merupakan penentu arah kehidupan kita selanjutnya. Penentu keberhasilan cita-cita dan idealisme yang selama ini dibangun.

Tentang pernikahan, tentang sebuah ikatan pertama yang kupersembahkan pada dakwah, dan tentang selaksa cinta yang syar'i serta menenangkan.

Maka tentang pernikahan dakwah, akan jadi cerita panjang. Penuh onak, berliku, dan sedikit orang yang mau menapaki jalan ini. Menikah adalah menjadi kaya, dengan azzam, iltizam, hamasah, dan segenap jihad yang membara.

Aku sudah pernah menikah dengan dakwah ini, juga tak keberatan di nomor dua kan setelah dakwah ini. Ini adalah idealisme yang hadir hari ini, namun doakanlah agar idealisme ini yang terus hadir dalam hari-hari kedepan. Tuk terus memperbaiki niat, dan menyempurnakan amal untuk satu cinta, yakni mahabbatullah.

Maka doktrin hari ini adalah jihad memperbaiki diri, menyiapkan segala perbekalan untuk berjihad. Karena pernikahan yang kucari adalah perniagaan untuk membeli surga-Nya. Menikah adalah kekuasaan-Nya (yang bisa jadi didunia ini atau pun kelak di akhirat-Nya), namun kepastian akan kematian bagi setiap insan adalah hakikat yang tak bisa terelakkan. Maka persiapkanlah segala perbekalan dan apa saja untuk jihad ini.

Zuwaj Artinya Tsiqah Billah

Perjalanan kehidupanku menorehkan berbagai hikmah yang kuambil dari sahabat-sahabatku. Dari berbagai kisah perjalanan yang ada, pencarian cinta sejati, pencarian jati diri, dan pencarian pendamping hidup. Hingga proses yang terjadi (baik gagal maupun berhasil). Satu hal pasti adalah ats tsiqah billah.

Keyakinan pada Allah adalah keharusan dalam setiap langkah kita sebagai seorang muslim. Dan betapa aku masih harus sangat berjuang untuk memiliki tsiqoh ini, dan merasakan manisnya iman. Subhanallah.

Evaluasi hari ini membawaku pada kenyataan minimnya ketsiqohanku pada Rabbku, lemahnya azzamku dalam doa-doaku, dan tidak semangatnya ikhtiarku. Astagfirullah.

Sahabat, pada siapa kita menggantungkan harapan bila bukan pada Sang Pemilik Segalanya? Wasilah mendapatkan pasangan bisa dari mana saja, namun hakikat utamanya adalah saat roja (harap) kita hanya menjadi milik-Nya.

Maka jangan kecewa bila ustadz kita, pembina kita, keluarga kita, sahabat-sahabat kita, atau bahkan orang kepercayaan kita belum mencarikan atau menemukan pasangan terbaik bagi kita. Jangan menggantungkan harapan pada manusia, karena kita akan kecewa.

Lucu terkadang, bercampur haru, dan bahagia saat sahabat-sahabat kita dengan penuh semangat mencarikan seseorang yang dirasa baik untuk kita. Hingga muncul satu pernyataan pipilih menang nulewih, koceplak menang nu pecak. Bener gak ya nulisnya? (Azzam, jangan sampai terlalu memilih-milih hingga akhirnya bukan mendapat yang terbaik malah mendapat yang terburuk).

Atau saat sebuah konspirasi untuk memberikan kebaikan bagiku, namun Allah jualah yang akan menentukan dengan kuasa-Nya. Namun, tetaplah berpegang pada syariat dengan jalan memilih calon pasangan menurut islam.

Jadi sahabat, jangan salah bergantung. Gantungkan harapan besar dalam hati kita ini hanya pada-Nya. Mari berjihad tuk tsiqoh hanya pada-Nya, karena cukuplah Allah semata, dan betapa Dia Maha Tahu, segala kegelisahan yang berkecamuk dalam benak kita. Marilah, siapkan senjata terbaik kita, doa dan doa, maka berdoalah.

Zuwaj Artinya Jihad

Sebagai seorang konsulen teori, aku faham banyak kelemahan yang ada dalam setiap pernyataanku. Ya, sekali lagi aku akan mengatakan jihad amal jauh lebih berat dari sekedar jihad kata-kata. Namun inilah hakikat jihad, tak mudah, namun tak berarti kita tak mampu melakukannya. InsyaAllah, berbekal-lah dengan sebaik-baiknya perbekalan, yaitu ketsiqohan pada Allah dalam lautan Rahmaan dan Rahiim-Nya, dalam hari-hari takwa kita.

Jangan bersedih, saat proses kita tak berhasil, bisa jadi itu jawaban istikharah kita. Namun bersedihlah, jika kegagalan proses membuat kita kian jauh dari-Nya. Sungguh, bukankah proses yang kita jalani semata untuk meraih cinta-Nya?

Sahabatku, jadikan setiap proses yang antum jalani sebagai Epos untuk kian dekat dengan-Nya, menghabiskan hari-hari dalam naungan lembaran-lembaran surat cinta-Nya, dan mentadrib (melatih diri) untuk pasrah, ikhlas dengan setiap keputusan terbaik dari-Nya.

Selalu ada hikmah, namun setiap permasalahan yang hadir jangan sampai menggoyahkan kekuatan tsiqoh dalam diri kita. Honestly, aku belum bisa seperti ini, masih banyak kecenderungan yang bermain, pilihan-pilihan yang berkeliaran, atau harapan-harapan yang bermunculan.

Namun sahabat, marilah berjuang bersamaku tuk raih kekuatan ini. Zuwaj dan Tsiqah Billah. Menikah dengan pilihan terbaik-Nya, dengan hamba terbaik-Nya dengan segenap kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Siapapun dia, hatta orang yang tidak kita kenal, maupun yang kita kenal. InsyaAllah.

Zuwaj adalah Mahabbatullah

Doktrin kedua hari ini adalah tentang Tsiqah billah dan satu cinta. Dalam makna lain, zuwaj artinya adalah mahabbatullah.

Ya Allah, aku bermohon kepada-Mu segala macam kebaikan, perilaku yang baik, meninggalkan segala macam kemungkaran. Aku mohon cinta-Mu, menyintai mereka yang menyintai-Mu, berilah taubat, ampunan dan rahmat-Mu. Dan jika Engkau berkehendak menguji suatu kaum, pulangkanlah daku kepada-Mu tanpa diuji.

HR.Tirmidzi dan Tabrani

Untuk sahabat-sahabat yang tengah menjalani proses, semoga diberikan keputusan terbaik-Nya. Dan untuk sahabat-sahabat yang masih terus mencari, marilah memperbaiki diri.

Yakinlah selalu ada jalan, dan semoga kita bisa istiqomah berlomba-lomba membangun kapling di surga untuk memberikan kemudahan bagi orang-orang yang ingin menikah. Sebab, zuwaj adalah pilihan, zuwaj adalah takdir, dan zuwaj adalah salah satu bukti mahabbah, kepada-Nya. InsyaAllah.

Dan satu hal lagi yang harus kita sadari tentang pernikahan atau zuwaj (bukan dalam istilah kata).

  • Kita dan siapapun itu, yang menempuh perjalanan menuju zuwaj artinya sedang membangun pondasi mahabbah untuk masa depannya.
  • Orang yang memilih zuwaj artinya ia akan siap untuk lebih terjaga dari zina panca indra.
  • Mereka yang mengambil keputusan untuk zuwaj artinya tanda dibukanya jalan menuju cinta-Nya.

Seperti yang tertulis diatas, zuwaj artinya tentang cita-cita, zuwaj artinya tentang kejayaan islam, dan zuwaj artinya bukan hanya urusan syahwat, melainkan mardhotillah. Jauh bukan? Salam hangat, Zuwaj.

Baca juga: Cerpen berpura pura bahagia dan tegar padahal rapuh.

Comment Policy: Silakan baca Kebijakan Komentar sebelum berkomentar.
Buka Komentar