Skip to main content

Ciri-Ciri Orang Yang Merasa Bersalah

Ciri-Ciri Orang Yang Merasa Bersalah — Kebanyakan wanita jika mencintai pasangannya karena kelebihannya. Tapi aku mencintai dia karena kekurangannya. Kekurangan itu yang menjadikan dirinya berbeda dari pria mana pun di dunia ini. Dia seorang pria yang tegar, tabah menghadapi cobaan dan selalu mensyukuri nikmat Tuhan.

Ingin sekali aku menjadi bagian hidupnya. Menutupi kekurangannya dengan kelebihanku. Tapi aku sadar diri siapa diriku dan siapa dirinya. Jika aku disuruh memilih antara kebahagiaannya atau kebahagiaanku kebahagiaannya. Itulah yang membuatku selalu mengurungkan niat untuk menyatakan cinta padanya. Kebahagiaannya bukanlah bersama diriku tapi bersama wanita yang jauh lebih baik dariku.

Ciri-Ciri Orang Yang Merasa Bersalah Karena Cinta

"Ku mencintaimu.. lebih dari apapun. Meskipun tiada satu.. orang pun yang tahu."

Lagu Kekasih Gelapku milik Ungu mengalun indah di HP-ku. Ya, lagu itu yang membuyarkan seluruh lamunanku. Meskipun aku pelupa tapi aku masih ingat lagu itu merupakan ringtone untuk panggilan masuk. Dengan mata sembab aku melihat ke arah HP yang masih berkedip dengan nada dering nyaring, seolah tak menyerah sebelum aku mengangkatnya.

Aku meraih HP. Nama "Rayhan" tertera di layar HP. Seketika membuat jantungku berdenyut, dan hatiku menjadi perih. Kupegang HP itu tanpa niat untuk mengangkat telepon dari Rayhan. Lama HP itu berdering, seolah-olah Rayhan tidak mau menyerah di seberang sana. Sampai kemudian deringan mati dengan sendirinya. Aku bernafas lega.

Tapi baru lima menit, HP kembali berdering dengan nyaring. Kali ini "Unknown Number" yang tertera di layar HP. Ih, siapa sih yang nelpon memakai nomor privasi segala? Rasa penasaran pun menyelimuti hatiku. Cepat-cepat kutekan tombol answer. Siapa tahu telepon kali ini penting!

"Halo," ucapku ramah.

"Halo juga Ika, apa kabarmu?" balasnya di seberang.

Deg!

Rasa Perih Mulai Menyeruak Di Hatiku

Sungguh, aku mengenali suara seseorang di seberang telepon. Orang yang menelponku tak lain dan tak bukan adalah Rayhan, mantan suamiku. Rayhan dari dulu nggak pernah berubah, kalau menginginkan sesuatu pasti dia berusaha untuk mendapatkannya sampai titik darah penghabisan. Dan salah satu usahanya agar aku mau mengangkat telepon darinya adalah dia memakai nomor privasi. Mau apa lagi dia menelponku? Belum puaskah dirinya menyakiti aku?

"Halo Ika kamu masih ada di sana kan?" tanyanya. Lamunanku buyar.

"Iya, ngapain lagi sih kamu menelponku?" tanyaku balik tapi dengan nada ketus. Biar dia sadar aku tak suka diteleponnya.

"Ika, bisakah kamu menemuiku di Kafe Cinta?

Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu. Ini sangat penting!"

Hah? Aku salah dengar? Dia mengajakku ketemuan di sebuah kafe.

Ini hal yang langka. Selama tujuh tahun berpisah dia tak pernah menemuiku dan Sofia. Jangankan menemui kami, menghubungiku sekadar menanyakan kabar Sofia aja nggak pernah. Aduh, aku dilema nih. Aku terima ajakannya atau nggak ya? Tapi biar bagaimanapun, Rayhan adalah ayah biologisnya Sofia Kamila, puteri kesayanganku. Mungkin dia mengajakku ketemuan karena dia merindukan Sofia. Lagipula aku tahu betul sifat Rayhan, dia lelaki yang gigih dan tidak akan menyerah sebelum aku menemuinya. Maka akhirnya aku yang menyerah dan memutuskan menerima ajakannya.

"Oke, jam empat sore ya?" jawabku singkat.

Setelah itu aku langsung memutuskan telepon.

***

Merasakan Sakit Hati

Aku tiba di kafe sekitar pukul 16.00. Begitu masuk ke kafe aku telah melihat seorang pria mengenakan jas hitam, dan berdasi telah stand by di meja nomor 4. Penampilan pria itu membuatnya terlihat jauh lebih manis dan dewasa. Tak salah lagi pria itu orang yang aku cari di tempat ini. Siapa lagi kalau bukan Rayhan? Meskipun aku sudah tujuh tahun tak bertemu dengannya tapi aku masih ingat betul wajahnya.

Kalau dilihat dari penampilan Rayhan, dia pasti sekarang sudah sukses jadi direktur di sebuah perusahaan besar. Tetap saja penampilan Rayhan yang sekarang takkan bisa membuatku tertarik lagi padanya. Hatiku telah dipenuhi dengan nama seorang pria dan itu bukan nama Rayhan. Bayangan kelakuan Rayhan tujuh tahun silam melintas di benakku, itulah yang membuat aku illfeel kalau berhadapan dengannya.

"Ika, aku di sini!" ujar Rayhan berteriak memanggil namaku. Ia melambaikan tangan, sebagai tanda ia duduk di meja nomor 4. Mau tak mau aku harus menghampirinya.

Begitu tiba di depannya.

"Ray.. Aku gak punya banyak waktu. Jadi, langsung saja katakan apa tujuan kamu ngajakin aku ketemuan di tempat ini!". Tanyaku dengan nada ketus.

"Ika, duduklah terlebih dahulu! Nggak enak bicara sambil berdiri," jawabnya. Tak ada pilihan lain selain menuruti permintaannya Lagian aku juga sudah capek berdiri terus. Aku duduk di kursi yang ada di depan Rayhan.

Balik Kanan, atau Sakit Hati Lagi?

Begitu aku duduk, Rayhan langsung mengutarakan tujuannya mengajakku ketemuan di tempat ini. Tujuannya membuatku kaget, secara dia memintaku rujuk dengannya. Jelas saja aku langsung menolak permintaannya. Halo, selama tujuh tahun ini dia nggak pernah menunjukkan batang hidungnya dalam hidupku masa sekarang dia muncul lagi dan mengajakku untuk rujuk. Nggak segampang itu kali!!!

"Ika, please kembalilah ke pelukanku! Kasih aku kesempatan sekali lagi, aku janji takkan menyianyiakan kamu lagi," ujar Rayhan sambil berlutut. Aku diam seribu bahasa, bingung mau jawab apa.

Tiba-tiba Rayhan berdiri, lalu memelukku dari belakang. Ya Tuhan, pelukan Rayhan masih hangat seperti yang dulu. Tapi kenapa saat ini getaran-getaran cinta itu tak ada lagi? Apakah itu artinya aku telah mati rasa pada Rayhan.

"Ika, kok nggak jawab pertanyaanku sih? Kamu mau kan kembali ke pelukanku?" tanya Rayhan lagi.

"Maaf Ray, aku nggak bisa." Ucapku lirih.

"Kenapa? Kamu nggak ingin anak kita bahagia? Kebahagiaan seorang anak memiliki orang tua lengkap." Aku terdiam mendengar ucapan Rayhan.

Perkataan Rayhan ada benarnya juga. Kebahagiaan anak memiliki orang tua yang lengkap. Haruskah aku mengorbankan perasaan demi kebahagiaan Sofia? Ya, Tuhan mengapa Rayhan hadir kembali setelah aku mencintai pria lain? Apakah ini merupakan rencana Tuhan agar aku bisa melupakan cintaku yang bertepuk sebelah tangan?

Jika memang Rayhan adalah satu-satunya lelaki supaya diriku bisa melupakan cintaku yang bertepuk sebelah tangan, berarti aku memang harus menerima ajakannya untuk bersatu kembali. Tapi bagaimana dengan hatiku? Hatiku diibaratkan seperti gelas. Jika gelas sudah hancur berkeping-keping maka gelas tersebut tak bisa lagi dipakai untuk minum.

Rayhan sudah terlanjur membuat hatiku hancur berkeping-keping. Maka dari itu hatiku tak bisa mencintainya lagi, dan...

Inilah ciri-ciri orang yang merasa bersalah dalam coretan penaku yang tak bertuan sastra

Selesai

Oh ya, jangan lupa untuk mem-bookmark halaman ini. Supaya lebih mudah menemukannya dilain waktu. Ikuti juga Zuwaj di Google News untuk mendapatkan akses lebih cepat.

Lihat semua postingan dalam kategori: Novel tentang Cinta

Comment Policy: Silakan baca Kebijakan Komentar sebelum berkomentar.
Buka Komentar