Skip to main content

Mencari Pendamping Hidup Dan Kekasih Hati Ideal

Sebuah ungkapan, "Sebelum pernikahan, bukalah matamu selebar mungkin. Kemudian, buka secukupnya setelah menikah". Selera kita dalam menentukan pendamping hidup dan kekasih hati yang ideal tentu berbeda-beda. Tujuan menikah, dan kualitas pendamping hidup, biasanya menjadi landasan dalam mencari calon pendamping hidup dan kekasih hati yang ideal.

Jika anda siap menikah, buatlah kriteria dengan hati-hati sebagai bagian dari perencanaan yang matang. Ketika saya menulis, 'cara mencari pendamping hidup dan kekasih hati yang ideal' ini, harapannya dapat memberikan gambaran akan skala prioritas, dalam menentukan kriteria pasangan hidup yang ideal.

Carilah pendamping hidup dan kekasih hati dengan yakin, seyakin mentari pagi bersinar dari timur. Jangan kita memulai kehidupan berumah tangga dengan keraguan, yang nantinya mungkin akan disertai penyesalan. Karena tidak tepat sesuai dengan kriteria pasangan hidup yang dicari. Jika pernikahan anda gagal, maka andalah yang paling bertanggungjawab.

Jangan melemparkan kesalahan pada orang lain, karena anda sendiri yang memilih pasangan hidup anda. Maka secepatnya sadarilah, bahwa putus cinta bukanlah akhir dari segalanya.

Bagaimana Cara Mencari Pasangan Hidup yang Ideal?

Apabila ingin mendapat calon pasangan hidup ideal, nyaman dihati, sejuk di mata, dan terasa tenteram ketika berdekatan. Maka Anda harus memahami terlebih dahulu tentang ujian jodoh itu berasal dari Allah SWT. Dengan begitu, Anda akan mengerti betapa pentingnya memilih teman hidup yang baik dan sesuai kriteria.

Oleh karena itu, supaya tidak salah dalam memilih jodoh, yuk kita lihat kriterianya dibawah ini.

1. Calon Pendamping Hidup dan Kekasih Hati Haruslah Taat pada Agamanya

Jika dia muslim maka sosok laki-laki yang ‘saleh’ jika dia wanita maka dia wanita yang ‘solehah’. Saat seseorang menjadi pribadi yang taat dengan agamanya maka dia akan mampu menempatkan dirinya pada posisi yang benar. Sebab, dia sudah mengerti tentang hak dan kewajibannya dalam keluarga.

Didalam islam, laki-laki adalah imam (pemimpin) bagi istri dan anak-anaknya. Dia berkewajiban memimpin, melindungi, memberi nafkah lahir dan batin.

Begitu pun sebaliknya, peran wanita dalam keluarga adalah partner suami. Ia harus mampu melengkapi suaminya dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Jika ia wanita solehah, maka ia akan menjadi istri yang mampu menghargai, menghormati, mengetahui keutamaan suami, tugas-tugas sebagai istri , dan bertanggung jawab kepada anak-anaknya sebagai seorang ibu.

Dalam berumah tangga, tidak ada yang paling utama. Tidak ada yang merasa paling penting. Semua menjadi indah jika saling melengkapi dan mengisi.

2. Pasangan Hidup yang Ideal Harus Berkepribadian Baik

Tentunya bukan mobil pribadi, rumah pribadi, atau perusahaan pribadi. Kepribadian disini adalah perilaku atau akhlak yang baik. Perilaku baik tidak hanya dilihat saat sedang bersama. Jika anda berpacaran, maka berhati-hatilah. Perilaku baik dengan pacar seringkali hanya berpura-pura belaka.

Saat anda memang benar-benar mencari belahan jiwa sejati, cari tahulah bagaimana akhlak calon suami atau istri kepada orang tua, dan keluarganya. Atau, Anda juga bisa menyimak penjelasannya pada artikel yang berjudul: Memilih calon pasangan hidup menurut Islam.

Jika baik, maka anda boleh tersenyum bahagia, karena sang calon pendamping akan memperlakukan anda sebagai suami atau istri dengan baik. Jika akhlaknya buruk kepada keluarga (apalagi kepada orang tuanya), maka sebaiknya anda berpikir ulang, karena mungkin saja dia akan memperlakukan hal yang sama kepada anda.

Pada zaman sekarang, tak jarang orang ketemu jodoh lewat facebook. Jika hal semacam ini terjadi pada anda, maka perhatikanlah update statusnya, komentar-komentarnya dengan orang lain, dan pertemanan-nya. Setidaknya dapat menambah informasi tentang kepribadian dan akhlaknya.

Mengapa kepribadian menjadi penting setelah taat agamanya?

Karena dengan kepribadian kita berbicara, bersikap, berinteraksi, dan mengambil keputusan. Jika dalam rumah tangga tidak ada kemuliaan akhlak atau budi pekerti, maka yang terjadi adalah pertengkaran, prasangka buruk, curiga, dan cemburu yang berlebihan. Sehingga tidak akan tercipta rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.

3. Berasal dari Keluarga dan Keturunan yang Baik

Berasal dari keluarga yang baik bukanlah dalam konteks harta yang berlimpah milik keluarganya, karena itu adalah hal yang semu. Tapi kembali pada poin dua diatas, akhlak atau kepribadian keluarganya.

Lihatlah karakter keluarganya, karena karakter terbentuk dari dua unsur genetika, lingkungan, dan keseluruhannya yang ada di keluarga.

Seorang penulis ternama, Syekh Yusuf Qardhawi mengatakan:

Seorang anak yang buruk nantinya akan jadi baik, ketika dia pernah mendapat pengasuhan dari ibu yang baik, tetapi ibu yang buruk hanya akan melahirkan anak yang buruk. Itu merupakan klausa umum.

Bagaimana ketika ada seorang gadis solehah berkepribadian baik padahal orang tuanya buruk, apakah bisa dijadikan istri? Maka prioritas kita adalah poin satu dan poin dua. Jika ada gadis yang demikian, maka tidak ada alasan untuk menolaknya.

4. Berpenampilan yang Menyenangkan

Kecantikan dan ketampanan itu relatif. Menurut anda cantik, namun belum tentu bagi saya dan orang lain. Penampilan menyenangkan di dapat dengan murah senyum, ramah, bersih, dan rapi.

Tetapi, ketika kecantikan dan ketampanan menjadi kriteria utama dalam berhubungan tanpa mempertimbangkan kriteria penting lainnya, maka hubungan itu pasti akan kandas ditengah jalan. Karena kecantikan dan ketampanan akan memudar, seiring berjalannya waktu dan termakan usia.

Ada satu kisah yang dapat kita ambil hikmahnya tentang ketampanan dan kecantikan, kisah ini berasal dari China.

Seorang suami bernama Jiang Feng menggugat istrinya 1.2 Miliar, karena berbohong akan kecantikannya. Sebelum menikah, ternyata istrinya melakukan operasi plastik. Sehingga wajahnya berubah menjadi cantik. Saat melahirkan, ternyata putrinya jelek, dan tidak secantik ibunya.

Akhirnya suaminya curiga, kemudian rahasia istrinya terbongkar bahwa kecantikannya tidaklah alami. Kekesalan membuat suaminya mengambil keputusan untuk menceraikannya, dan menggugat di pengadilan. Dilansir detik dot com, Jumat (08/11/2013).

Kecantikan dan ketampanan bukan hanya yang terletak pada fisiknya saja, namun pada hakikatnya adalah gabungan cantik dan tampan fisik, akal, dan akhlaknya. Maka dari itu, jangan sampai kita merasa bangga, hanya dengan kecantikan fisik semata.

5. Carilah Pendamping Hidup dan Kekasih Hati yang Berpendidikan dan Cerdas

Dalam hubungan pernikahan yang tujuannya adalah pernikahan yang harmonis, maka ilmu haruslah menjadi prioritas utama.

Seorang laki-laki calon pemimpin rumah tangga, harus memiliki kecerdasan dan ilmu tentang kepemimpinan. Sehingga mampu mengambil kebijakan yang baik, merancang visi misi rumah tangga, membimbing istri, dan juga anak-anaknya.

Selanjutnya adalah seorang wanita sebagai calon istri, juga harus cerdas dan berilmu. Karena multi perannya di dalam rumah tangga, ia sebagai manager (mengatur keuangan, kegiatan, tata ruang, dll.), sebagai dokter bagi keluarganya, dan guru bagi anak-anaknya.

Tanpa ilmu dan kecerdasan yang mumpuni, mustahil segalanya dapat berjalan lancar. Rumah tangga adalah sebuah organisasi, yang sepanjang hidup kita diami dan mengaturnya. Jika tanpa ilmu dan persiapan yang matang, maka laksana kapal yang terombang ambing di lautan. Tanpa arah, dan tujuan yang jelas.

6. Pilihlah Pendamping Hidup dan Kekasih Hati yang Sepadan (sekufu)

Pandanglah diri kita dalam-dalam (agama, kepribadian, penampilan, keluarga, dan pendidikan.), maka begitulah nanti pasangan hidup anda. Tidak akan jauh berbeda, karena selera itu sulit diubah, dan selera itu tumbuh bersama kita sesuai keseharian.

Buanglah mimpi seperti melodrama korea atau kisah romantis cinderella, dimana gadis miskin bertemu pangeran kaya. Atau misalnya gadis bodoh yang periang, bertemu pria tampan yang pintar, dan berbakat.

Kalaupun ada, mungkin 100:1 dalam kehidupan nyata. Bangunlah dari mimpi, dan pantaskan diri kita. Jika memang ingin pasangan hidup yang pintar dan cerdas, maka jadikan diri kita pintar terlebih dulu. Perbanyak belajar tentang pantang menyerah.

Jika ingin pasangan hidup yang saleh dan solehah, jadikan diri kita dulu menjadi saleh dan solehah. Rajin mengerjakan amalan-amalan sunah ( tahajud, puasa senin kamis, tadarus, dll.).

Jika ingin memiliki pasangan hidup yang rapi dan bersih, maka rajinlah mandi, rutin memeriksakan gigi ke dokter, rajin membersihkan rumah, dll. Tuntutlah diri kita sampai pencapaian maksimal yang kita bisa, maka jodohmu takkan jauh-jauh dari seleramu.

Sepadan atau sekufu itu perlu, agar pembicaraan bisa nyambung. Meskipun tidak harus memiliki hobi yang sama, tetapi minimal tingkat ekonomi, pendidikan, atau mental. Sebab, memiliki kesamaan pemikiran, selera, pemahaman, dan cita-cita, akan membuat suasana lebih cair. Semua itu bisa diketahui dari cara bicara, isi pembicaraan saat diskusi, dan lingkungan keluarganya.

Kesimpulan dan Penutup

Memilih pasangan hidup pastilah tidak sama dengan memilih mobil atau motor, yang jika tidak cocok bisa ditukar kembali ke dealer. Tidak dengan suami atau istri. Jika salah memilih, maka tidak dapat dengan mudah dikembalikan ke orang tuanya, kecuali setelah perceraian.

Jadi, mencari pendamping hidup dan kekasih hati haruslah dengan kriteria yang ideal sesuai diri kita. Jika tidak, risikonya sangat besar yaitu hidup anda akan berubah menjadi rangkaian kesengsaraan yang tak berakhir.

Selamat mencari pendamping hidup dan kekasih hati yang ideal sesuai kriteria Anda!

Baca juga: Nasehat hati dan jiwa dalam kehidupan manusia.

Comment Policy: Silakan baca Kebijakan Komentar sebelum berkomentar.
Buka Komentar